9/30/2012

Terima kasih..




Pagi ini ku terbangun lagi.
Dengan nada yang biasa, celana yang biasa dan keeadaan yang selalu sama.
Memanggil-mangil sunyi, kuhiraukan suara hati.
Kutahu itu kamu, setia menanti mengharap balas budi.
Kujawab datar, nanti pasti ku tepati.
Semua janji ini.


Biasa sekali.
Jalan awal yang kita tapaki.
Berharap lagi.
Jalan buntu yang mulai terlewati.
Kau masih berdiri, menentang semua tepi.
Walau sebenarnya kau tahu.
Dunia tak bertepi.
Kau lantang meneriaki babi.[...]

Terima kasih.


Diam, semua terdiam.
Ketika kita mulai berkicau, tentang mimpi yang tak pasti.
Ketika kau sibuk membingkai.
Aku lalai melewati.
Terlanjur hati ini, merangkak membuahi peri.
Tak usah kau sedih.
Hanya menambah harap yg terlanjur pedih.


Hai kau yg menanti.
Raga ini tak kuasa menepati.
Terlalu banyak mengumbar janji.
Yang perlahan mulai mati.
Hai kau yang berdiri.
Kaki ini tak mampu mendekati.
Terlalu banyak langkah yang kudaki.
Yang kini tak terlihat lagi.


Gitar ini sebagai bukti.
Kuku ini sebagai saksi.
Bahwa ku tak bisa pergi.


Ingatkah engkau tentang hari ini.
Hari dimana kau bermimpi menikahi babi.
Ingatkah kau pada kalimat ini.
.......
Kalimat yang terdengar layaknya mumi.
Kaku.
Dingin.
Sunyi dan ngeri.


Jadi, inilah yang kucari.
Bidadari yang mampu menyikapi arti dari puisi.
Puisi yang sebenarnya tanpa arti.
Jangan tanya kenapa aku mencintai.
Karna cinta adalah sebuah puisi.
Yang berharap mempunyai arti.
Terima kasih.



Sampai nanti kekasih, saat tua nanti.

Saat kita masih mencoba tegar berdiri, menghadapi kejanggalan hidup yang meredup.

Dan disaat itulah kita tertawa mengenang semua perjalanan cinta ini, sampai nanti.

Terima kasih..

Tidak ada komentar: